Senin, 22 Februari 2010

Scott Weiland : Antara Bakat dan Narkotika

Scott Weiland : Antara Bakat dan Narkotika PDF Print E-mail
Written by red
Tuesday, 04 August 2009
Tanggal 1 April 2008 adalah hari yang kelabu bagi Scott Weiland, vokalis Velvet Revolver (VR). Bagaimana tidak, teman-teman yang mengajaknya bergabung tahun 2003 silam ternyata mengeluarkan statement sepihak yang isinya bahwa Scott tidak akan bersama mereka lagi dalam tur VR selanjutnya. Sederhananya : Scott dipecat! Menurut Slash dan kawan-kawan, Scott Weiland sudah tidak memiliki komitmen terhadap tur dan fans...

Program rehabilitasi narkoba Scott dianggap mengganggu jadwal tur VR, sehingga banyak agenda tur yang dibatalkan. Selain itu, kelakuan Scott saat manggung di Glasgow, Skotlandia sudah tidak dapat ditolerir personel lainnya. Saat itu Scott mengatakan pada penonton bahwa konser itu adalah spesial, karena merupakan konser terakhir VR. Setelah acara, Matt Sorum (drumer) membenarkan adanya masalah di tubuh VR, namun Slash bersikeras bahwa konser itu bukan yang terakhir dari VR. Scott makin menambah runyam suasana saat mengumumkan akan menggelar tur reuni bersama band lamanya, grup Grunge Stone Temple Pilots (STP).

Scott Weiland sendiri membantah bahwa dirinya tidak berkomitmen terhadap band. Menurutnya, yang terjadi sebenarnya adalah anggota VR sudah lama tidak berkumpul. Ia justru mengingatkan adanya personel lain (ia menolak menyebutkan namanya) yang pernah juga direhabilitasi, namun tidak pernah menjadi masalah seperti halnya dirinya kini. Ia membenarkan akan melanjutkan karir bersama STP dan merekomendasikan Sebastian Bach (eks Skid Row) untuk menggantikannya di VR.

Slash membalas, saran Scott hanyalah imajinasi belaka. Masuk akal karena sebelum Scott Weiland bergabung, VR memang pernah menolak Bach karena dianggap membawa lagu-lagu VR menjadi mirip Skid Row. STP sendiri telah melakukan konser perdana pasca vakum 5 tahun di Harry Houdini Theatre pada 8 April 2008, dan akan dilanjutkan dengan tur panjang 65 kota pada bulan Mei mendatang.

Berbeda dengan Scott Weiland yang sudah mantap bersama STP, eks teman-temannya di VR kini sedang sibuk mencari vokalis baru. Slash mengatakan bahwa VR sudah bekerja bersama seorang vokalis, namun belum saatnya ia menyebutkan namanya. Kabar yang berhembus, VR telah sepakat dengan Sammy Hagar (eks Van Halen) yang kualitasnya tidak perlu diragukan. Kabar lain menyebutkan, VR sedang menjajaki kemungkinan merekrut Mike Patton (eks Faith No More).

Bahkan ada gosip yang memberitakan bahwa teman lama mereka, Axl Rose (Guns N’ Roses) akan bergabung bersama VR! Kecil kemungkinan, namun fans Guns N’ Roses dipastikan akan menangis bahagia jika impian tersebut benar adanya. Berita terakhir mengabarkan bahwa VR membuka ’lowongan’ vokalis melalui media internet. Bagaimanapun, kita masih akan menunggu siapakah sosok yang menggantikan si bengal nan kharismatik, Scott Weiland.

Sejarah :

Cikal bakal VR dimulai pada tahun 2002 saat tiga eks personel Guns N’ Roses (Gn’R) yaitu Slash (gitar), Duff McKagan (bass), dan Matt Sorum (drum) berkumpul dalam acara seremoni mengenang almarhum Randy Castillo di Los Angeles. Merasakan chemistry bermusik yang sama, ketiganya memutuskan untuk membentuk sebuah band serius dengan harapan legenda Gn’R akan lahir dengan wujud baru, menandingi Gn’R imitasi yang tidak kujung dirampungkan oleh satu-satunya personel asli yang tersisa, Axl Rose.

Untuk sementara ketiganya menamakan diri The Project sebelum mendapatkan vokalis dan ritem gitar untuk mengisi potongan puzzle yang masih kosong. Dalam waktu singkat The Project telah mendapatkan seorang personil di posisi ritem gitar, namanya Dave Kushner mantan gitaris di grup solo Duff McKagan, Loaded dan juga mantan gitaris Dave Navarro’s Band dan Wasted Youth.

Dengan label yang kurang mentereng di mata publik musik rock, jelas saja Dave diragukan dapat bersanding dengan tokoh gitar papan atas, si legendaris Slash. Apalagi dirinya datang untuk mengisi pos Izzy Stradlin, eks pasangan Slash di Gn’R yang sempat pula berlatih dan membuat lagu bersama The Project. Izzy yang tidak lagi berhasrat untuk beraksi di atas gemerlap panggung Rock n’ Roll memilih mundur ketika band mulai membicarakan kemungkinan menarik seorang vokalis.

Ia sedikit trauma dengan keberadaan vokalis, mengingat pengalaman buruknya saat bersama Axl Rose di Gn’R. Alih-alih memberi kepercayaan kepada Dave Kushner, publik justru mengharapkan datangnya seorang Gilby Clarke, eks gitaris Gn’R lainnya, untuk berduet dengan Slash. Namun harapan berlebihan terhadap seorang gitaris buru-buru diklarifikasi Duff dengan mengatakan bahwa Dave adalah ’senjata rahasia’ mereka yang pastinya tidak akan mengecewakan publik. Sejurus kemudian Dave Kushner pun resmi mengisi pos gitaris kedua atau ritem gitar di New Most Dangerous Band In The World itu.

Saat personel di bagian ’instrumen’ sudah lengkap, band tinggal mencari seorang frontman yang pastinya jauh lebih sulit daripada mencari ritem gitar. Apalagi publik sudah kadung melihat Axl Rose sebagai pasangan sejati Slash di Gn’R, sama halnya seperti Jagger-Richard (Rolling Stones) atau Tyler-Perry (Aerosmith). Siapa dia yang lebih cocok berada di samping Slash selain Axl? Sebagai musisi yang telah mempunyai nama besar sebelumnya, tentu saja segala kegiatan The Project terus diawasi publik. Segala keputusan akan menjadi pujian jika memuaskan publik, namun sebaliknya akan menjadi cacian jika salah langkah.

Akhirnya The Project memutuskan mengadakan audisi demi mencari yang terbaik untuk berdiri di barisan depan panggung rock bersama mereka. Diluar dugaan, audisi yang melibatkan vokalis-vokalis top tidak menjamin datangnya individu yang tepat untuk mengisi pos yang kosong itu. Nama-nama top seperti Michael Matijevic (Steelheart), Sebastian Bach (Skid Row), Travis Meeks (Days Of The News), Kelly Shaefer (Neurotica), Josh Todd (Buckcherry), A. Jay Popoff (Lit), Todd Kerns (The Age Of Electric), Mike Patton (Faith No More), bahkan istri mendiang Kurt Cobain, Courtney Love (The Hole) adalah mereka yang tersingkir dari audisi yang diadakan The Project.

Mereka semua bukannya tidak berkualitas, namun bukan hal yang mudah menemukan vokalis yang cocok dengan konsep musik band ini. Bingung, Duff McKagan memutuskan untuk berkonsultasi dengan teman lamanya, vokalis Stone Temple Pilots bernama Scott Weiland yang saat itu sedang berurusan dengan pengadilan karena tertangkap basah sedang mengemudi dalam keadaan mabuk.

Scott Weiland, Reinkarnasi Axl Rose?
Kepada Scott, Duff berkonsultasi tentang konsep musik band barunya dan meminta masukan tentang vokalis yang cocok bergabung dengan mereka. Duff menginginkan vokalis berkarakter dan kharismatik, yang terpenting sang vokalis haruslah memiliki jiwa Rock n’ Roll demi menjiwai lagu yang akan mereka bawakan. Tentu saja Duff sudah memiliki standar tinggi karena tipe seperti Axl Rose, vokalis yang pernah bertahun-tahun bersamanya di Gn’R, adalah contoh kuat vokalis yang akan direkrutnya.

Meski demikian, Duff juga tidak menutup mata bahwa tipe suara ’tinggi melengking’ sudah tidak relevan dengan perkembangan jaman, oleh karenanya ia menginginkan vokalis bertipe Grunge seperti Eddie Vedder (Pearl Jam). Saat itu tidak terpikirkan untuk mengajak Scott Weiland, karena yang bersangkutan masih terlibat aktif dalam tur STP. Duff hampir saja merekrut Mike Patton, saat Mary, istri Scott Weiland, menelponnya dan mengatakan suaminya sedang dalam keadaan tertekan karena bermasalah dengan polisi dan narkotika, sementara anggota STP lainnya membentuk grup baru bernama Talk Show bersama vokalis lain.

Merasa harus membantu, Duff menghadiri sidang Scott dan tanpa basa-basi mengajaknya bergabung untuk melengkapi sepotong puzzle yang masih tersisa. Tidak ada audisi untuk vokalis sehebat ini, pikir Duff. Setelah urusan Scott dengan pengadilan selesai, ia segera pergi ke studio The Project untuk merekam single pertama yang menjadi soundtrack film The Hulk, Set Me Free. Disaat yang bersamaan, nama The Project secara resmi berubah menjadi Velvet Revolver yang merupakan nama pemberian dari Scott Weiland.

Scott yang memang fans berat Gn’R merupakan anugerah terbaik yang diberikan Tuhan kepada VR. Sebagai vokalis multi talented, kemampuannya menjelajah berbagai nada mulai dari tinggi hingga rendah, serak dan melengking, bahkan suara wanita dan anak-anak, membuat VR memiliki nilai plus di mata kritisi musik Amerika saat itu. Kapasitas Scott dibuktikannya dengan menjadi guru vokal Fred Durst, vokalis Limp Bizkit. Melihat Scott, dengan segala aksi dan kontroversinya di dalam dan diluar panggung (ditambah tampang tengilnya), benar-benar mengingatkan orang akan sosok Axl Rose.

Bahkan polling internet mengenai pria ter-badung di dunia musik menempatkan Axl Rose di posisi kedua (dibawah Eminem) dan Scott Weiland di posisi ketiga. Tidak ada yang lebih Rock n’ Roll dibanding Scott, dan dialah reinkarnasi sebenarnya dari Axl Rose!

Album :

Perekrutan Scott Weiland sendiri bukannya tanpa resiko. Di masa-masa awal karirnya dengan VR, Scott mesti bolak-balik pengadilan dan panti rehabilitasi untuk menyelesaikan urusan pribadinya berkaitan dengan narkotika. Scott mengakui, teman-teman barunya di VR (dengan latar belakang sesama pecandu narkotika) benar-benar melindungi dan mengayomi dirinya agar meninggalkan dunia gelap itu selama-lamanya. Untuk meninggalkan itu semua dibutuhkan kegiatan positif yang membuat Scott melupakan keinginannya meracuni diri dengan narkotika. Dan kegiatan itu bukan hal yang sulit dicari, karena saat itu VR sedang sibuk mengerjakan album perdana mereka yang diberi titel Contraband (2004).

Album perdana ini (terlepas dari segala kekurangannya) benar-benar menampilkan skill tinggi dari para personelnya. Vokal brilian Scott mendominasi track pertama berjudul Sucker Train Blues. Sementara di bagian melodi, Slash sedikit meninggalkan sound bulat seperti ciri khasnya selama ini. Gantinya, sound yang lebih modern mulai berani ditampilkan dengan jelajah nada Pentatonic Scale yang (seperti biasa) membuat siapapun mengetahui siapa pemainnya hanya dengan mendengarkannya.

Di album ini pula sound bass Duff McKagan yang biasanya kering, kini terdengar lebih kaku dan berat. Pukulan Matt Sorum yang semasa di Gn’R terdengar ’kuli’ dan pecah, kali ini lebih lembut dan kalem namun dengan variasi ketukan yang lebih kreatif. Sedangkan si ’anak bawang’ Dave Kushner, menunjukan blocking halus dengan sound tipis dan muram untuk memberikan keleluasaan bagi Slash dalam memainkan berbagai variasi melodi.

Bagi penikmat Gn’R sebaiknya jangan terlalu berharap akan mendengarkan ramuan seperti di album Illusion atau Appetite, karena Contraband bukanlah refleksi dari Gn’R. Album ini memilki aroma Grunge yang khas meskipun terdapat pula bau Hardrock dan Heavy metal, bahkan punk dalam lagu-lagu mereka. Meskipun diwakili satu personel, unsur STP sangat terasa dalam karya balada VR. You Got No Right dan Loving The Alien tidak akan terdengar asing bagi penggemar STP. Untungnya, hits Fall To Pieces berhasil mengobati kerinduan fans Gn’R akibat intro dan melodi khas Slash yang sangat Gn’R.

Album ini juga menjadi saksi akan lahirnya sebuah super hits yang dipercaya akan menandingi lagu legendaris Gn’R, Paradise City. Lagu itu berjudul Slither. Dibuka oleh duet Matt Sorum dan Duff Mckagan, Slash dan Dave Kushner menyusul dengan permainan tempo tinggi. Sepintas kita seperti mendengar Chris Cornell menyanyi di bagian awal, namun reff mendayu menampilkan vokal Scott Weiland yang sangat khas.

Sama halnya seperti Paradise City di Gn’R, lagu Slither kerap dijadikan encore alias lagu penutup konser-konser VR. Dapat ditebak, debut album Contraband berhasil menempati chart tertinggi di Billboard bahkan double platinum! Inilah kreasi VR yang sesungguhnya, dan mereka belum selesai.

Kesuksesan Contraband membuat tim bersemangat untuk mengerjakan materi album kedua. Tahun 2007, secara resmi album berjudul Libertad diluncurkan ke pasaran. Album ini menampilkan produser Brendan O’ Brien, yang menggantikan Josh Abraham. Sebelum Libertad keluar, sebuah single rancak berjudul Come On Come In diluncurkan untuk mengisi soundtrack film Fantastic Four.

Secara umum, ramuan Grunge, Hardrock, Heavy Metal, dan Punk masih terasa dari lagu-lagu yang ditampilkan. Hits Let It Roll sangat cocok dijadikan tembang pembuka karena menampilkan karakter asli VR, cepat dan bertenaga. Karakteristik sound dan skill para personel mengalami peningkatan, terlebih vokal Scott Weiland yang makin unik dan ’nyeleneh’. Terlepas dari hobinya memanfaatkan efek vokal, kejeniusannya seperti mendapat tempat di album ini.

Suara anak kecil di lagu Can’t Get Out Of My Head dan suara mirip Marylin Manson di lagu Get Out The Door membuat album ini makin bervariasi. Lagu Spay menampilkan teriakan Scott yang semakin matang. Album ini juga menampilkan hits seperti She Build Quick Machine, Last Fight dan Gravedancer. Lirik yang diciptakan Scott benar-benar personal dan mendalam, itu dibuktikannya dengan membuat judul yang sesuai dengan nama istrinya, Mary Mary. Album ini ditutup dengan sebuah secret song bernuansa country. Walaupun tidak sesukses album perdana, Libertad berhasil menempatkan diri di posisi 5 Billboard UK.

Kasus Glasgow :

Kepadatan jadwal tur dan kesibukan masing-masing personel membuat pertemuan mereka tidak lagi sesering sebelumnya. Slash justru menjadi konsultan bagi Axl Rose yang sedang kebingungan membangun kembali GN’R. Ia dan Duff McKagan bahkan diundang untuk manggung di acara yang diadakan oleh mantan drumer pertama Gn’R, Steven Adler, yang juga turut mengundang Izzy Stradlin dan Axl Rose.

Acara inilah yang menimbulkan gosip bahwa Gn’R akan reuni., namun Slash menampik dengan mengatakan bahwa dirinya dan Duff sedang berkonsentrasi untuk album ketiga VR. Kesuksesan dua album awal membuat publik menantikan hadirnya album yang lebih ’ganas’ daripada album sebelumnya. Ekspatasi publik begitu tinggi terhadap VR, karena sebagai sebuah supergrup, VR dapat menunjukan bahwa Rock n’ Roll belum mati.

Merekalah orang-orang lawas yang masih berkibar setelah Metallica dan band lainnya tergerus oleh dentum elektronika dari grup-grup metal yang memakai jasa Disk Jockey (DJ). Sayangnya, momen tersebut tidak dimanfaatkan oleh Scott Weiland dan kawan-kawan. Perjalanan tur yang padat tiba-tiba ’rusak’ oleh jadwal rehabilitasi narkotika Scott Weiland yang membuat beberapa tur harus dibatalkan. Walaupun manajemen telah meminta maaf, fans jelas kecewa.

Selentingan jelek mulai terdengar, bahwa band akan bubar karena adanya konflik internal antara eks Gn’R versus Scott Weiland. Apalagi tersiar kabar bahwa Scott akan mengadakan konser reuni dengan STP. Slash yang ditanyakan tentang hal itu menjawab dengan enteng, ”Benar, Scott memang akan menjalani tur reuni dengan STP setelah rangkaian tur VR selesai”. Walaupun Slash nampak tidak ’cemburu’ dengan tur reuni tersebut, namun media tetap mencium adanya aroma perpecahan di tubuh VR, walaupun disanggah dengan keras oleh Slash dan Duff.

Kehadiran VR di acara seremoni untuk Van Halen seakan menampik tuduhan disharmonisasi di tubuh band. Media pun mulai tenang sebelum terjadi kekacauan pada konser VR di Glasgow, Skotlandia. Ditengah-tengah show, saat penonton sedang berada di puncak adrenalin karena gempuran lagu-lagu VR, tiba-tiba saja Scott mengeluarkan statement kontroversial.

”Konser ini spesial,” katanya, ”Kalian beruntung hadir disini, karena ini adalah penampilan terakhir VR” Tentu saja penonton kaget. Bukan hanya penonton, personel VR dan seluruh awak tim terperangah atas statement spontan tersebut. VR tetap melanjutkan konser hingga selesai, dan media menunggu di Conference Room dengan pertanyaan yang sudah dapat ditebak. Slash menjawab bahwa hari itu bukan konser terakhir VR, namun statement Matt Sorum di tempat lain membuka mata dunia bahwa VR memang sedang kritis.

Matt membenarkan adanya konflik di dalam band. Ia juga mengkritik sikap Scott Weiland di Glasgow. Perseteruan melalui media makin meruncing dengan balasan dari Scott bahwa dirinya sudah berusaha menjalin pertemanan dengan personel lain, namun teman-temannya terlalu egois. Ia justru tidak sabar untuk berkumpul dengan teman-teman lamanya untuk reuni STP. Setelah kejadian itu, VR seperti menghilang dari peredaran.

Slash beberapa kali muncul di media dengan pernyataan bahwa VR sedang berkonsentrasi mengerjakan materi album ketiga. Namun pada tanggal 1 April 2008, muncul statement resmi dari kubu VR. Bukan tentang tanggal launching album ketiga mereka, namun pernyataan bahwa Scott Weiland resmi dikeluarkan dari band. Ternyata konser VR di Glasgow bukan yang terakhir bagi VR, namun bagi Scott Weiland.

*Gitaris Smoke N’ Coffee Club (Sn’CC)

Scott Weiland : Antara Bakat dan Narkotika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar